Pages

Rabu, 01 Agustus 2012

Cara Jokowi Menertawakan Rhoma Irama

Sejak rabu Ahok berada di Solo bertemu dengan Jokowi, keberadaannya di sana diakui untuk menjenguk kawannya yang sedang sakit juga menagih janji Jokowi untuk mengajaknya makan di angkringan paling enak di Solo. Malam ini mereka berdua terlihat makan berdua di Warung angkringan wedangan Basuki yang berada di Jalan Agus Salim Solo. Jokowi dan Ahok tiba di angkringan tersebut sekitar pukul 21.00 WIB. Berbaur bersama masyarakat. Tak lama setelah mereka menggelar tikar uniknya Jokowi dan Ahok sengaja membawa mini compo dan mendengarkan lagu Rhoma Irama berulang-ulang, lagu yang diperdengarkan adalah “seratus tigapuluhlima juta penduduk Indonesia…” lagu dari Bang Haji yang menggambarkan kebhinekkaan Indonesia, sambil santai ketika ditanya kenapa memilih lagu ini mereka mengaku sebagai fans dari Bang Haji, namun ketika ditanya apa pendapatnya tentang issue SARA yang dilontarkan oleh bang Haji kepada mereka secara bijaksana Ahok menjawab bahwa walaupun Rhoma Irama tidak mendukungnya tetapi bukan berarti mereka tidak boleh menyukai karya-karyanya. Bahkan Jokowi menimpali bahwa selain suka dengan musik rock dia juga penikmat dangdut terutama lagu-lagu bang haji

Di tempat berbeda disiarkan langsung oleh Jak TV talk show yang menghadirkan Rhoma Irama dengan salah satu tim sukses Jokowi. Rhoma Irama secara jelas mengakui meminta ummat Islam tidak memilih Ahok karena alasan keimanan, bang Haji merasa tidak bersalah dan mengulangi seruangnya dengan menggebu-gebu, selain melempar issue SARA tak lupa Rhoma Irama menyisipkan kampanye bahwa sosok Foke mencerminkan kepemimpinan Rasulullah yaitu Shiddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh. Sedangkan tim Jokowi yang menjadi lawan bicara Rhoma Irama memilih untuk tidak membalas serangan Rhoma Irama bahwakan di akhir acara Rhoma Irama dicium tangannya.

Menurut saya Jokowi-Ahok telah mengajarkan pada kita bagaimana sikap politik yang seharusnya, mereka seperti tidak perduli apabila pribadi mereka diserang. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan untuk memikirkan diri sendiri terus menerus, kalau issue ini dilawan maka betapa buruknya kualitas demokrasi kita, dimana kampanye bukan meyakinkan pemilih dengan program-program tetapi hanya saling-serang secara pribadi tidak berkesudahan. Cara Berpikir partisan Rhoma Irama mudah terbaca oleh siapapun, bahkan orang tidak berpendidikan sekalipun, biarkan saja rakyat menilai apakah ayat-ayat yang dipakai Rhoma irama sebagai alat dakwah atau alat mendukung Foke.

Memilih Solo sebagai tempat berkampanye menjadi terobosan yang baik, seolah-olah mereka ingin memberitahukan pada semua apa yang telah dicapai kota Solo secara langsung, dimana Solo memiliki ruang terbuka hijau yang baik, ramah pejalan kaki dan memiliki tranportasi modern. Hal ini tentu tidak bisa secara jujur dilakukan oleh Foke, kalaupun iklan foke di baliho-baliho yang mengatasnamakan pemerintah DKI menunjukkan Jakarta membebaskan 2,7 Juta Rakyat dari banjir, juga menanggulangi kemacetan tetapi orang yang membacanya sedang terjebak dalam kemacetan. Siapa yang mau percaya?

Saya berpikir cara terbaik melawan serangan politik adalah terus menunjukkan kualitas diri, orang yang tidak bisa menunjukkan kelebihan dirinya akan mencari kelemahan orang lain.. Sangat sulit tim sukses kampanye Foke menunjukkan kelebihan foke sampai-sampai terus menyerang Jokowi-Ahok.. Begitu saja sudah menunjukkan siapa yang berkualitas dan tidak berkualitas. Soal keimanan, biarlah itu urusan mereka saja kepada Tuhannya..

Mari kita tertawa hahahaha
--------------------------------
http://politik.kompasiana.com/2012/08/01/cara-jokowi-menertawakan-rhoma-irama/

0 komentar:

Posting Komentar