Tasripin terpaksa harus merawat tiga adiknya karena Satinah, sang ibu, telah meninggal dunia setahun yang lalu karena tertimpa longsoran tanah saat tengah bekerja mencari pasir. Sementara ayah dan kakak mereka telah merantau jadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Setiap bulan Tasripin mendapat kiriman uang dari sang ayah yang bekerja di Kalimantan sebanyak Rp800 ribu, namun sebelum kiriman berikutnya datang, uang kiriman sudah habis. Tak jarang Tasripin bingung saat adik-adiknya menangis minta dibelikan jajan sementara uang kiriman ayahnya sudah habis, Tasripin pun harus bekerja serabutan agar sang adik dapat membeli jajan dan makan.
Selain bekerja, pagi hari, Tasripin sudah harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Dari mulai mandi, mencuci baju adik-adiknya, menyiapkan makan, dan lalu pergi bekerja.
Menurut tetangga Tasripin, Salimudin, hanya adik Tasripin yang paling kecil, yang berusia empat tahun, sekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena di Dusun Pesawahan hanya ada satu sekolah yaitu PAUD itu.
Tasripin saat ini hanya berharap agar sang ayah dan kakak pulang dan membantu mengurus ketiga adiknya. "Pak, sini pulang. Saya sudah capek mengurus anak anak, saya masih ingin bekerja agar dapat melanjutkan sekolah."
Sementara Tasripin ingin kembali melanjutkan sekolah agar memiliki masa depan yang lebih baik. Selain sekolah, dalam bayangan Tasripin saat ini, Tasripin ingin sekali memiliki kambing untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Jika berhasil, Tasripin ingin membelikan televisi agar adik-adiknya dapat tenang di rumah. Selain itu, Tasripin ingin memperbaiki rumah agar adik-adiknya dapat tidur dengan nyenyak tidak terkena bocor saat hujan.
SaLam Tasripin sunggu malang Nasib Mu dik "apa ini kisah nya pak admin ???
BalasHapus"semoga Tasripin Cepat sukses dan hidup Layak"